Sebagaimana dalam organisasi atau partai politik, misi atau tujuannya dapat diketahui dari kampanya yang mereka tampilkan. Dalam periode tertentu, empat atau lima tahun dalam pemilu, mereka saling berlomba berkampanye supaya masyarakat mengikuti partainya. Demikian pula maksud tujuan memakmurkan masjid dapat dipahami dari “kampanye” Allah Yang Maha Besar yang tidak hanya sekali dalam lima tahun menjelang pemilu, tetapi lima kali sehari. “Kampanye” tersebut oleh Allah Ta’ala diwakilkan kepada para muadzin sebagai “juru kampanye” untuk mengumandangkan adzan dari setiap masjid.
Oke, lafadz dari adzan merupakan inti kerisauan Rasulullah SAW dan sahabatnya hingga terbawa dalam
mimpi agar mengajak manusia mentaati Allah dengan cara menjalankan sunnah
Rasulullah SAW. Sebab satu-satunya jalan
meraih kemuliaan dunia dan akhirat adalah dengan mentaati Allah mengikuti cara
atau sunnah Rasul-Nya. Lafadz adzan tersebut menyelisihi cara Yahudi dan
Nasrani memanggil jama’ahnya ke sinagoge dan gereja dengan menggunakan terompet
dan lonceng. Dan lafadz tersebut Allah tetapkan melalui musyawarah yang
dilakukan Rasulullah SAW bersama para sahabatnya. Bilal bin Rabah ra. mendapat
kehormatan menjadi muadzin pertama. Ia adalah Mu’adzinur-Rasul (Juru Adzan
Rasulullah). Dengan adzan tersebut, seakan-akan Allah mengajak dialog dengan
hamba-Nya.
Ini dia:
·
Allahu Akbar-Allahu akbar
Inilah lafadz
yang pertama, Allah Maha Besar. Wahai manusia, Yang Besar hanyalah Aku semata,
bukan manusia dan bukan pula yang lainnya. Selain Aku adalah kecil tak berarti.
Janganlah seseorang makhluk dikelabui oleh sesamanya. Apabila seseorang
membesarkan dan mengagungkan seamanya, maka ia tertipu.
“Wahai
hamba-hamba-Ku! Selama seseorang masih membesarkan dirinya dan lebih
mempercayai kemampuannya daripada kekuasaan-Ku dan lebih mengutamakan
pekerjaannya, maka selama itu pula orang tersebut masih tetap terhukm. Dia
tetap tertipu oleh permainannya sendiri. Dia tidak akan memperoleh ketenangan
batin dan dia tidak akan sampai kepada kesuksesan yang sebenarnya.”
·
Asyhadu anlaa Ilaaha illallah
Panggilan kedua,
aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dengan syahadat ini, Allah
mendidik manusia untuk selalu mengamati bahwa segala yang ada di dunia ini
tiada yang lebih besar daripada Allah. Syahadat ini juga memberi isyarat bahwa
setiap hari manusia harus menyaksikan kekuasaan Allah.
·
Asyhadu anna Muhammadar-rasulullah
Panggilan
ketiga, aku bersaksi bahwa Muhammad itu Rasulullah. “Wahai hamba-Ku, tiada
jalan menuju kesuksesan yang sejati melainkan mengikuti tuntunan, teladan,
jalan hidup, tradisi (sunnah) Rasul-Ku, Muhammad SAW. Di luar itu semua tiada
jaminan kejayaan. Semua yang dibawa oleh Muhammad SAW benar-benar hidayah
(petunjuk) dari-Ku. Jika kamu mengikutinya tidak akn tersesat jalan. Kamu akan
bahagia dan terhindar dari segala macam kesulitan. Dan kamu akan terhindar dari
kesempitan rizki, lapangan kerja, dan segala problematika lainnya yang sulit
terpecahkan.”
·
Hayya ‘alash-shalat
Panggilan
keempat, marilah kita menegakkan shalat, sujud kepada Allah. “Wahai hamba-Ku,
karena shalat maka kamu telah sujud berserah diri kepada Yang Maha Kuat. Tanpa
sujud, seseorang tidak akan menemukan kekuatan yang hakiki, yakni kekuatan yang
disertai hidayah dan merupakan pertolongan dari Yang Maha Perkasa.”
·
Hayya ‘alal-falah
Panggilan
kelima, marilah menuju kesuksesan dan kejayaan. “Wahai hamba-Ku, petiklah
kebahagiaan dan kemuliaan. Raihlah kemenangan yang hakiki. Kebahagiaan di
sisi-Ku dengan limpahan rahmat-Ku lebih berharga daripada kekayaan dunia beserta
semua isinya.”
·
Allahu Akbar
Panggilan
keenam. Diulangnya seruan Allahu Akbar ini agar tertanam dalam keyakinan
manusia agar tidak sekali-kali terkesan dengan berbagai pesona atau kebesaran
selain Allah. Hanya Allah saja yang Maha Besar, tiada yang lain.
·
Laa ilaaha illallah
Panggilan
terakhir, tiada Tuhan selain Allah. Itulah panggilan yang sangat penting.
“Wahai hamba-Ku! Kemanapun seseorang mencari, kalau tidak mempedulikan Aku maka
seseorang akan terlunta-lunta di simpang jalan kehidupan ini selamanya. Orang
itu akan terus-menerus dalam kesesatan. Dan akan terus tertipu oleh
keinginannya yang keliru.”
#Sumber: Buku “PESONA AKHLAK Rasulullah saw Buah Manis
Memakmurkan Masjid” oleh Ahmad Sarwono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar