Assalamu’alaikum,
bgmn kabar antum???
Berikut
ini saya sajikan cerkat (cerita singkat) yang dapat diambil maknanya di tiap
ceritanya. Saya harap cerita-cerita di bawah ini dapat membuat kita semua lebih
memaknai hidup ini dan lebih meningkatkan kehambaan kita kepada-Nya. Kehidupan
yang telah diberikan Tuhan kepada kita. SELAMAT MEMBACA!
Doa Seorang Pemuda
Seorang pemuda bersikeras dalam doa, “Tuhan, saya cuma
menginginkan wanita itu . Tak mau yang lain.”.
“Tapi, apakah kamu yakin?”, tanya Tuhan.
“Iya Tuhan. Saya tak mau yang lain. Tolong, berikan dia untuk
saya.”.
“Okelah”, kata Tuhan, “Kalau itu maumu.”.
Pemuda itupun secara ajaib bisa mendapat dan menikahi wanita
itu. Tetapi perkawinannya kacau.
Istrinya bukan wanita yang bertanggung jawab dan sama sekali
tidak mengasihi dia. Ujung-ujungnya, ia menjadi gila gara-gara menikahi wanita
itu.
Dilema sebuah doa: Anda begitu menginginkannya, tetapi apakah
Anda yakin bahwa itulah yang terbaik untuk Anda? Seringkali dalam doa, kita
bukan meminta kebijaksanaan Tuhan untuk memberi yang terbaik, tetapi memaksa
Tuhan mengikuti ‘agenda’ kita. Sebenarnya, beruntunglah orang yang merelakan
Tuhan untuk melakukan yang terbaik dalam hidupnya serta mau menerima, meskipun
tidak selalu yang seperti yang diinginkannya.
Ada sebuah statement menarik,
“Aku meminta pada Tuhan kemudahan, tetapi Tuhan memberiku
cobaan... Aku marah awalnya... Tetapi ketika waktu berjalan bertahun-tahun,
cobaan itulah yang menjadikanku seperti sekuat ini.”
Karena itulah, lain kali kalau meminta dalam doa pikirkanlah
apakah itu benar-benar yang terbaik buat kita?
---
Ratapi yang Belum Diketahui
Seorang pemuda malas sekali belajar. “Buat apa? Sudah cukup
kok. Belajar, tak ada gunanya!”
Suatu hari, ia bertemu seorang petani sukses. Pertaniannya
subur, hasilnya banyak. Bahkan ia terkenal mencangkok juga membuat perkawinan
silang antar tanaman yang menghasilkan berbagai tanaman beru yang menarik.
“Memangnya bisa begitu?, tanya pemuda itu. “Tentu saja asal kamu tahu
rahasianya.”.
Ketika waktu berlalu. Pemuda itu ternyata hidupnya miskin.
Suatu hari ia bertemu lagi, seorang saudagar yang kaya. Ia pun bertanya
bagaimana ia bisa menjadi kaya seperti dirinya.
“Tentu saja bisa, asal tahu bagaimana caranya.”
Yang paling menyedihkan adalah orang yang tidak tahu bahwa
dirinya tidak tahu. Tetapi dengan bangganya, mereka merasa dirinya sudah tahu.
Tak sadar, mereka sedang menipu dirinya sendiri. Merekapun menutup diri dari
proses belajar.
Banyak pula yang gagal, yang tidak sukses, lantas mereka
bertanya mengapa kondisinya bisa lebih buruk dari yang lain. Mereka bingung,
tetapi mereka tidak tahu bahwa salah satu sebabnya adalah karena mereka tidak
tahu ‘mengapa’-nya.
Ketika ada seorang yang berhasil dan gagal, pasti ada
‘pengetahuan’ yang membedakan mereka. Seorang yang gagal mestilah bertanya ‘apa
yang dia ketahui yang aku tidak miliki’. Hampir segala sesuatu itu
memungkinkan, asal kita tahu caranya. Jadi, ratapi... Bukan atas apa yang telah
kita ketahui, tetapi ratapi apa yang belum kita ketahui!
---
Melebihi Kapasitas
Seorang anak memutuskan suatu cara cepat untuk belajar. Ia
akan mengurung dirinya selama sebulan di kamar untuk belajar. Setelah itu, ia
akan punya waktu banyak untuk bersenang-senang dan bermain saja, sepanjang
tahun.
Sebelum ia melakukan niatnya, ibunya yang bijaksana
menasihati.
“Nak, makanlah semua nasi untuk seminggu ini dalam sehari,
sehingga ibu tak perlu lagi masak selama seminggu. Jadi, ibu cuma perlu masak
sehari. Akan mengurangi beban ibu.”.
Anak itupun tersadar dan belajar.
Kita tidak bisa memaksakan segala sesuatu secara instan,
semuanya dalam waktu sekejap. Apalagi untuk sesuatu yang membutuhkan proses.
Sayangnya, kita berada di antara generasi yang ingin serba
instan. Instan menjadi terkenal, instan menjadi manager, instan menjadi kaya
raya, instan sukses. Bukannya tidak mungkin hal tersebut diraih. Tetapi,
hasilnya menjadi tidak wajar, tidak normal, tidak sehat, dan terkadang juga
tidak langgeng.
Saya menemukan banyak orang yang tidak sabar menunggu suatu
proses malah berakhir di mana ia harus membayar dengan waktu yang justru lebih
panjang. Bersabarlah dan berdisiplinlah untuk suatu proses, karena ketika
waktunya tiba hasilnya juga lebih solid.
---
Melawan Kodrat, Menghabiskan Waktu
Seekor kepiting besar ditertawakan ikan karena jalannya yang
miring.
Karena angkuh dan menginginkan segala sesuatunya tampak
hebat, maka kepiting itupun berlatih dengan keras. Ia malu karena ejekan itu dan
mencoba jalan yang lurus.
Berbulan-bulan ia berlatih.
Akhirnya sampai beberapa kakinya patah, ia pun tidak peduli.
Suatu hari, datanglah seorang nelayan yang mencari ikan, ia melihat beberapa
kepiting dan berusaha mengejar.
Beberapa temannya bisa lari dengan cepat dan selamat,
tinggalah si kepiting besar yang terseret-seret ini.
Akhirnya, ia pun ditangkap dan dimakan oleh si nelayan.
Sebenarnya semangat kepiting ini sudah luar biasa, tapi
sayang dihabiskan untuk melawan kodratnya yang sia-sia.
Karena itu, pastikan pada saat kita melakukan sesuatu dengan
usaha dan tekad yang luar biasa, apakah kita sedang melakukan hal konyolyang
sebenarnya melawan kodrat kita.
Sebenarnya, jauh lebih baik kita habiskan waktu kita dengan menerima
diri apa adanya, serta mengembangkan hal-hal yang memang layak kita kembangkan.
Jangan membuang-buang waktu untuk hal yang sebenarnya tinggal Anda terima dan
berdamai. Dan fokuskanlah usaha pada hal yang lebih meninggikan level kehidupan
Anda!
---
Si Tukang Mimpi dan Tukang Main Game
Seorang pemuda bertemu
dengan seorang bapak tua yang hobinya tidur. Penmuda itu kesal. Kerjaan si
bapak tua ini tidur melulu.
“Memangnya tidak ada hal yang lebih baik. Kok tidur melulu.
Apa sih gunanya?”, tanya pemuda itu.
Tahu bahwa pemuda itu hobinya main game, si bapak tua itu pun
bertanya balik, “Lalu, kamu main game gunanya apa?”.
“Lho, itu kan hiburan, saya bisa mencatat skor kemenangan di
situ.”
“Lalu skornya?”
“Ya, disimpan saja. Hanya untuk hobi saja.”
“Lalu apa bedanya kamu dengan saya”, kata si bapak tua, “Kamu
pun bersenang-senang dan berimajinasi dengan gamemu. Dan saya menikmati tidur
dan mimpiku.”.
“Ketika semuanya berakhir, semuanya hanya mimpi. Tidak ada
bedanya kamu dengan saya, bukan?”, kata si bapak tua.
Bangunlah dari segala khayalanmu.
Segala sesuatu yang mengkhayal-khayal, memang begitu
menggoda. Dan nyatanya, ada banyak orang yang menghabiskan waktunya dengan
berkhayal. Ayo, bangun!
“Sebuah batu yang ditaruh, adalah jauh lebih baik daripada
bangunan yang hanya dalam impian.”
---
Pengumpul Buku
Seorang eksekutif terkenal, hobinya kolektor pengetahuan.
Semua buku dibeli dan dikumpulkan. Totalnya tiga perpustakaan pribadi.
Ia selalu bangga. Kalau ada orang membicarakan buku, ia
selalu berkata dengan bangganya, “Aku sudah punya bukunya!”
Hingga hari tuanya, bukunya semakin menggudang. Tapi, si
eksekutif ini sebenarnya tidak semakin cerdas. Hingga mati, buku-bukunya tetap
di perpustakaannya. Masih banyak yang tersegel dan belum pernah terbaca.
Ia hanya menambah buku, tetapi tidak menambah pengetahuannya.
Kerakusan ternyata bukan hanya dalam materi, tetapi juga pengetahuan.
Ingat lho ya...
Banyak yang menjadi kolektor pengetahuan, tetapi tidak pernah
mencerna pengetahuan yang ia kumpulkan.
Kasihan sekali!
(Ngomong-ngomong, kisah di atas adalah kisah nyata. Hanya
saja, si eksekutif ini belum meninggal dan masih terus berpikir, suatu ketika
ia akan punya waktu untuk membaca apa yang ia kumpulkan. Kapan? Entahlah. Ia
masih sibuk mengumpulkan...!)
---
Planner dan Atlit
Seorang wirausahawan muda berkata lesu kepada seorang pelatih
olah raga.
“Apa masalahmu?”, tanya si pelatih.
“Saya selalu antusias bikin rencana. Sampai-sampai bisa
menghabiskan waktu berhari-hari.”
“Saya desain rencana saya dengan software terbaik dan saya
habiskan waktu untuk membuat business plan terbaik. Sampai saya betul-betul
puas.”
“Tapi selanjutnya, sering terjadi, saya pun jadi tidak lagi punya
semangat untuk merealisasikannya. Saya lalu memimpikan lagi rencana bisnis yang
lain.”
Si pelatih yang menyimak dengan serius dari tadi lalu
berkata, “Saya tak tahu soal bisnis. Tapi bagi atlit saya, saya sarankan jangan habiskan waktu untuk pemanasan
(warm up)-nya.”.
“Pertandingan yang sesungguhnya ada di lapangan. Kalau tidak,
mereka kehabisan tenaga sebelum bertanding. Saya kok merasa, Anda mirip seperti
atlit yang kehabisan tenaga sebelum memulai pertandingan.”
Jangan terkecoh.
Banyak orang yang senang dengan planning dan
ide-ide. Tetapi, planning tetaplah hanya ebuah pemanasan. Planning bukanlah
eksekusi. Planning tidak membawa kita ke mana-mana. Planning hanyalah pemanasan
bagi eksekusi Anda. Setelah planning, Anda harus segera bertindak. Itulah yang
membedakan orang yang hidupnya sukses dan gagal. Orang gagal, banyak yang hanya
sesumbar dengan rencana dan ide-idenya, tetapi tidak pernah merealisasikannya.
---
Rayap Buku, Cecak, dan Tikus
Tiga binatang bertemu.
Pertama, rayap buku yang tiap hari memakan buku-buku di suatu
perpustakaan.
Seekor cecak yang tinggal di sekolah serta seekor tikus yang
tinggal di rumah ibadat.
Ketiganya bertemu dan saling ngobrol.
Rayap buku: “Aku tinggal di antara tumpukan buku dan makan
buku, kok nggak pintar-pintar ya?”.
Cecak: “Aku juga. Saya tiap hari mendengarkan guru yang
mengajar. Kenapa aku juga tidak pintar ya?”.
Tikus menanggapi, “Aku juga punya masalah. Aku tinggal di
rumah ibadat. Tapi tetap saja aku tidak menjadi hewan yang suci.”.
Pengetahuan, kebijaksanaan serta pencerahan dimulai dari
dalam kita, bukan dari luar.
Tempat, teman, lingkungan tidak akan otomatis membuat Anda
lebih baik, kalau tidak ada KEMAUAN dari dalam.
---
Kisah
si Kancil
Seorang anak kecil begitu bergembira saat dibawa ke kebun
binatang. Sebentar lagi ia bisa melihat binatang yang seringkali diceritakan
dalam dongeng.
Tidak sabar lagi, ia akan ketemu binatang cerdik yang bisa
mengalahkan singa, buaya serta gajah.
Anak ini mulai membayangkan akan melihat seekor binatang yang
pastilah penampilannya hebat.
Tetapi, sampai di kandang kancil, betapa kecewanya si anak.
Kancil itu... tampak biasa-biasa, tidak tampak cerdas bahkan
tampak lebih buruk dari rusa.
Si anak kecil itu pun menangis kecewa, “Mama. Kok kancilnya
begitu. Nggak mau kancil yang begitu, Mama!”.
Mamanya kebingungan.
Nah, betul kan? Kadang, kita hanya ingin melihat apa yang
kita pikirkan dan kita harapkan. Saat realita tidak sesuai dengan pikiran kita,
yang harus disesuaikan adalah pikiran kita, bukan memaksa realitas kita yang
menyesuaikan.
Sayangnya, banyak di antara kita frustasi setengah mati
karena selama ini terus memaksakan dunia serta orang-orang di sekelilingnya
untuk menyesuaikan dengan dirinya.
“Jauh lebih mudah kita mengenakan sepatu, daripada memaksakan
karpet merah di semua tanah yang kita pijaki!”
---
Si
Sekretaris
Seorang sekretaris dari seorang pebisnis terkaya di kota.
Setiap harinya sekretaris ini mendampingi bosnya ketemu dan bicara dengan
banyak orang terkenal. Ia mendengarkan, mencatat serta mengikuti semua pembicaraan
bisnis atasannya.
Suatu hari temannya mengatakan, “Wah, pasti kamu bisa pintar,
hebat juga kaya raya sekali kalau ikut-ikutan membuat dan belajar
menginvestasikan dengan apa yang dibicarakan oleh atasanmu itu.”.
Si sekretaris hanya berkata ringan, “Wah, saya tidak terlalu
memikirkannya. Saya hanya mendengar dan mencatat apa yang mereka bicarakan.”.
Itulah masalahnya!
Banyak orang yang bekerja hanya dengan ototnya, tetapi tidak
dengan otaknya. Lagipula, hati dan jiwanya pun tidak ada di dalam pekerjaan itu.
Dan si sekretaris ini, sebenarnya mewakili banyak jiwa di
dalam organisasi yang hanya kerja dengan otot tetapi bukan dengan otaknya.
Anda tahu problem terbesar di dalam organisasi?
Jawabannya, “Para pekerja yang tidak berpikir dan para
pemikir yang tidak bekerja.”.
---
Apa yang dapat antum ambil setelah membaca cerita-cerita di atas?
Semoga bermanfaat. Amin.